Rahasia Dibalik Rasa Khas Rawon: Mengenal Keluak
Kepayang atau pangi (Pangium edule Reinw. ex Blume; suku Achariaceae) merupakan tumbuhan pohon yang tumbuh liar atau ditanam di pekarangan, yang menghasilkan bahan bumbu masak yang dikenal sebagai keluak. Penggunaan keluak cukup luas dalam masakan Nusantara dan memberi warna cokelat kehitaman, seperti rawon, brongkos, gabus picung, daging bumbu keluak, serta sup konro. Warna keluak bisa digunakan sebagai pengganti pewarna sintetis Chocolate Brown FH dan Chocolate Brown HT. Biji keluak mengandung racun sianogenik yang bisa memabukkan, bahkan fatal (mematikan) bagi manusia.
Baca juga :
- Mengenal Lebih Dekat Pakcoy: Manfaat, Budidaya, dan Keunggulannya
- Rahasia Perawatan Tanaman Kubis yang Sehat dan Subur
- Panduan Perawatan Lidah Mertua untuk Pemula dalam Berkebun
Pertelaan
Kepayang berupa pohon tumbuhan hijau abadi tahunan berukuran sedang hingga besar, dengan tinggi 18 sampai 40 m, yang mempunyai banyak cabang. Diameter batang mencapai 1 m, serta bisa mempunyai akar penopang. Tajuk pohon kepayang lebat, dengan ranting yang mudah dipatahkan. Ranting muda pohon kepayang tersusun rapat dan mempunyai rambut berwarna coklat yang akan gugur jika ranting menua.
Daun kepayang tumbuh berkelompok di bagian ujung ranting dalam pola spiral. Tangkai daun panjang, dengan helaian daun berlekuk tiga pada pohon muda serta bundar telur melebar pada pohon tua. Permukaan bagian atas daun gundul dan berwarna hijau mengilat, permukaan bagian bawah mempunyai rambut berwarna cokelat, serta tulang daun menonjol. Daun mempunyai panjang 15–25 cm.
Pohon kepayang berkelamin tunggal sehingga jenis ini tergolong sebagai tumbuhan dioecious (berumah dua, satu pohon hanya menghasilkan bunga jantan saja atau betina saja). Pohon akan mulai berbunga setelah sekitar 15 tahun. Pohon betina mempunyai bunga yang tumbuh secara soliter dengan 5–6 kelopak mahkota bunga dengan staminode di antara satu kelopak dengan kelopak lainnya, 2–3 lobus kelopak, ovarium berbentuk bulat telur, 2–4 plasenta, serta banyak mempunyai ovula dan stigma yang duduk (sesil).
Penggunaan Keluak
Keluak merupakan biji kepayang yang telah diproses dan dimanfaatkan isinya. Biji ini memiliki salut (aril) yang tinggi kandungan glikosida sianogenik. Glikosida sianogenik juga ditemukan pada daun, kulit batang, dan biji tanaman kepayang. Senyawa ini yang bisa dengan cepat terhidrolisis menjadi gula, aldehida/keton, dan asam sianida, sehingga bisa memabukkan dan mematikan apabila termakan. Racun pada biji kepayang ini bisa digunakan sebagai racun untuk mata panah. Bijinya aman diolah untuk makanan bila telah direbus dan direndam air terlebih dahulu. Untuk memunculkan warna hitam yang khas, biji yang telah direbus dan direndam akan dipendam dalam tanah (setelah dibungkus daun pisang) selama beberapa minggu.
Di samping glikosida sianogenik, terdapat pula beberapa zat lain yang tergandung dalam keluak, seperti asam hidrokarpat, asam khaulmograt, asam glorat, dan tanin. Kayu tanaman ini juga bernilai ekonomi, dengan berat jenis 450 – 1000 kg/m3.
Ungkapan "mabuk kepayang" dalam bahasa Melayu maupun bahasa Indonesia digunakan untuk menggambarkan keadaan seseorang yang sedang jatuh cinta sehingga tidak mampu berpikir secara logis, seakan-akan habis memakan kepayang.
Pemanfaatan keluak diambil dari isi cangkang biji yang keras yang berwarna hitam (setelah diolah). Penemuan arkeologi di Gua Niah, Sarawak, menunjukkan bahwa di masa Pleistosen akhir, manusia telah menguasai teknologi sederhana penawar racun keluak dengan memasukkan biji-bijinya pada lubang-lubang di tanah serta dibalur dengan abu pembakaran.
Berbagai manfaat kluwek yang sayang untuk dilewatkan
Kluwek alias pucung umumnya digunakan sebagai bumbu dapur. Selain membuat rasa serta aroma masakan jadi lebih sedap, kluwek juga mengandung vitamin serta mineral yang diperlukan oleh tubuh.
Nutrisi yang terdapat dalam kluwek di antaranya zat besi, vitamin C, vitamin B1, fosfor, kalium serta kalsium. Namun hati-hati, kluwek juga mengandung asam sianida, sejenis racun yang dapat membahayakan kesehatan jika dikonsumsi secara langsung.
Kandungan asam sianida tertinggi terdapat dalam daging biji kluwek. Itulah mengapa, Kamu harus merendamnya terlebih dahulu untuk menghilangkan racunnya sebelum diolah ke dalam masakan.
Selain menjadi bumbu masakan, Kamu juga bisa memanfaatkan kluwek untuk banyak hal, lho. Beberapa manfaat kluwek di antaranya:
1. Mengawetkan ikan dan daging
Manfaat kluwek yang satu ini mungkin lebih akrab di kalangan para nelayan. Kluwek dinilai lebih efektif dan ekonomis digunakan sebagai pengawet ikan dan daging, daripada menggunakan formalin.
Hal ini dipengaruhi oleh kandungan asam sianida pada kluwek. Asam sianida tersebut bisa menghambat pertumbuhan bakteri pada ikan dan daging sehingga bisa tetap segar dalam waktu yang lama.
Ikan dan daging yang diawetkan dengan kluwek biasanya dapat bertahan hingga enam hari. Proses pembuatannya pun sangat sederhana serta tidak membutuhkan waktu yang lama.
2. Membantu meredakan gejala penyakit kulit
Bagi Kamu yang terkena penyakit kulit, coba manfaatkan kluwek. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Diah Irawati Dwi Arini dari Balai Penelitian Kehutanan Manado, manfaat kluwek bisa digunakan untuk terapi tambahan pada penyakit kusta, serta beberapa penyakit kulit lainnya.
Ini karena biji kluwek mengandung dua jenis asam lemak siklik, yakni asam hidnokarpat serta asam khaulmograt. Dua jenis asam lemak ini mempunyai sifat antibakteri yang bisa membantu mengatasi berbagai penyakit kulit. Terutama yang disebabkan oleh infeksi.
3. Obat cacingan dan luka bakar
Selain mendapatkan manfaat kluwek dari bijinya, Kamu juga bisa meraup manfaat daun kluwek. Daun segar maupun getah daun kluwek ternyata bisa digunakan sebagai obat cacing, penawar keracunan makanan, hingga membersihkan luka bakar.
Kluwek atau pucung mempunyai sifat antiseptik serta disinfektan yang ampuh mengobati luka bakar. Kluwek juga mengandung tanin, yakni zat bersifat antimikroba yang bisa membantu mengatasi cacing kremi yang bersarang di sistem pencernaan Kamu.
0 Response to "Rahasia Dibalik Rasa Khas Rawon: Mengenal Keluak"
Posting Komentar